2.5.08

Sentuhan Jari Hilangkan Nyeri

DR. KENNA STEPHENSON sebelumnya begitu skeptis dengan Bio-Touch, sebuah tipe terapi energi hingga suatu hari dia begitu menderita akibat migrain yang terasa hendak memecah kepalanya sementara masih banyak pasien yang menunggunya.

Untung seorang relawan yang bekerja di kliniknya, di Tucson, Amerika Serikat mencoba memberi dia sesi Bio-Touch. Hanya dengan menggunakan dua jari yang disentuhkan lembut d beberapa titik di leher dan tubuhnya, dalam beberapa detik kepala Stephenson mulai teras nyaman, migrainnya berkurang banyak dan dia mulai percaya dengan terapi ini.

“Saya percaya bahwa terapi ini memberi efek lebih dari sekedar psikologis,” ujar Stepehnson, seorang lektor kepala di Universitas Texas di Tyler yang sekarang menggunakan terapi Bio-Touch dalam praktik yang dilakukannya setiap hari.

Teknik ini sangat mudah dikerjakan dan begitu sederhana. Cukup letakkan dua jari, jari telunjuk dan tengah dengan lembut tanpa perlu ditekan. Tangan yang satu letakkan di tulang bawah dada dan satu lagi sentuhkan di leher kiri belakang.

Dari sini, para praktisi mulai menyentuh bagian punggung, perut, dan area lain dengan pola yang disesuaikan dengan kodisi kesehatan pasien. Dan yang penting sentuhan ini tidak perlu disesuaikan dengan titik-titik meridian yang biasa diterapkan untuk akupuntur atau teknik sentuh lain. Menurut Stephenson, banyak pasiennya menginginkan terapi tanpa obat untuk mengurangi nyeri dan kesembuhan dengan cepat. Dan katanya, Bio-touch memenuhi semuanya itu.

Sejak Bio-Touch muncul sekitar 20 tahun lalu, teknik ini mulai banyak disukai orang dan telah menyebar nyaris ke seluruh dunia. Berpusat di Tucson, Arizona, International Founation of Bio -magnetics (IFBM) telah memberi banyak pelatihan kepada banyak orang yag sekarang telah menyebar ke Kanada, Jepang, Mesir, Denmark, dan Brazil.

Cerita dibalik munculnya Bio-Touch cukup masuk akal sehingga Stephenson begitu skeptis dengan terapi ini. Mulanya, Norman, Cochran seorang insinyur pertambangan yang tinggal di Mancos, Colorado ssuatu hari bertemu dengan seorang wanita yang sedang hamil, mengalami perdarahan dan nyaris keguguran. Cochran, tanpa tahu kenapa, menawarkan pertolongan pada wanita itu agar bisa menyentuhnya dan si wanita mengatakan, ya.

Cochran, dengan jari-jarinya menyentuh si wanita itu, dan tidak begitu lama, perdarahan itu berhenti. Cochran pun terkejut bahwa dirinya melakukan hal itu. Dia merasa memiliki kekuatan menyembuhkan.

Kemudian dia mengembangkan pola sentuhan berkali-kali hingga akhirnya terbentuk beberapa pola. Sekarang ini banyak praktisi di IFBM sudah menggunakannya. Mereka melakukan terapi ini tanpa bayar dan memberi pelatihan kepada banyak orang. “Ini merupakan pilihan mengatasi masalah nyeri otot atau stres tubuh dengan biaya rendah,” jelas Stephenson.

Salah satu pasien Stephenson yang pernah mengalami operasi akibat nyeri kronis dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa akibat nyerinya merasakan kemajuan yang luar biasa dengan terapi ini.

Bio-Touch, menurut Stephenson, berbeda dengan terapi energi lain seperti Reiki atau terapi sentuh lain karena mudah dilakukan juga diajarkan dan Stephenson tela mendokumentasikan beberapa manfaat dalam penelitian kecilnya.

Sekitar 18 wanita postmenopause dengan usia 62 hingga 84 telah menerima sesi Bio-Touch sekali seminggu selama empat minggu sementara para wanita lainnya tidak. Pada akhirnya, Bio-Touch ternyata meningkatkan interleukin-12, sebuah molekul sistem kekebalan tubuh yang mampu menghadang munculnya infeksi dan kanker. Molekul ini ternyata tidak meningkat pada mereka yang tidak diterapi dengan Bio-Touch. Penelitian kecil sempat di publikasikan di jurnal kedokteran setempat.

Di samping banyak kesaksian yang yang menceritakan hilangnya depresi dan kegelisahan serta nyeri, Presiden IFBM, Paul Bucky tidak ingin mengklaim bahwa teknik ini juga bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah lain lagi. Dia katakan, terserah pada pasien. Namun dia bilang, kenapa teknik ini bekerja, cukup sederhana alasannya. “Sentuhan merupakan modal penyembuhan yang luar biasa,” ujarnya,” dan ini lebih dari sekedar sistem kepercayaan.”

Source : Kompas.com

No comments: